Kamis, 18 April 2013

2013

sudah lama rasanya tidak mengetik dan menulis mengenai apapun disini
yaps tahun sudah beruabah sekarg
semester sudah mencapai puncak yaps 8
akhirnya
finaallly aku bisa berjalan dan berlari samapi sejaun ini
seandainya ini pertarungan lomba lari maraton

garis finish sudah terlihat dan semua orang berlari makin cepat berusaha menggapai untuk menjadi yg pertama
mahkota yaps
lagi2 itu pemenang

aku dan aku masih terus berusaha mencapainya

dengan keadaan lingkunganku yg masih memiliki pandangan yg sama

aku masih harus tetap berjuang

seketika publik tersontak aku aku yg selalu menjadi yg terbaik "menurut mereka"
mendapatkan yg terburuk lagi2 hanya menurut mereka!!!
ya ya pandangan itu semakin lama serasa makin menyebalkan
aku muak!!!

lelah rasanya berusaha dan berusaha menjadi terbaik menurut mereka
aku ingin menjadi diriku sendiri
tanpa beban
tanap beban bahwa aku bisa melakukan ini
aku bisa melakukan itu
kepercayan terkadang aku berpikir demikian tetapi mkin aku berpikir bahwa ini kepercayaan makin ini membebaniku
kalian tidak tau bagaimana rasanya menjadi aku
aku dengan masalahku
aku dengan hidupku
biarkan aku hidup tanpa peduli orang berpikir apa ttg aku
selama aku tidak mengganggu hidupmu

TOLONG jangan usik aku dengan semua kemunafikanmu

Selasa, 02 Oktober 2012

Beasiswa Pendidikan S2/S3 Khusus Perempuan di USA ~ Beasiswa Pascasarjana

OMG
Beasiswa Pendidikan S2/S3 Khusus Perempuan di USA ~ Beasiswa Pascasarjana
ngebaca ini tuh kaya nemu oase di tengah padang pasir
*alayyy bgt ni
amazing awesome
ada gitu yah yg make gender setidaknya untuk mendapatkannya tidak perlu bersaing dnegan pria2 berkumis :)

TUHAN mampukah aku??
aku mencatat dan memimpikannya
dan aku kan berusaha mengejar dan menggapainya
dengan ijinMU smoga dapat smpai di sana

Kamis, 21 Juni 2012

Wisuda --> target

Hadehhh... mulai panas lagi ni kuping ngedenger orang2 nanyain kapan lulus? udah skripsi?
haiii guys aku malah belum kepikiran
Thanks for remembering me...

bermula saat bertemu ibunya temen bla bla bla bu ba bi bu be bo
all about her daughter
and then she said how about you nduk??
just smile :)
bingung mau jawab apa?
semisal dalam kenyataan aku jawab pun dan nyatanya aku better than her daughter or her son
for her just hers who the best :)
#ironi kehidupan

Target cuy..
kutuliskan di awal tahun
hanya beberapa yg telah ku coret tanda berhasil kulakukan
dari sekian target hanya sekitar 10% saja yg terpenuhi
Sial waktuku terlalu cepat sehingga target2 itu berlalu dengan cepat tanpa teraih...
TULISKAN, GANTUNGKAN cukup 5cm SAJA!!!!

Sial buku yang sangat menggelitik kehidupan norma dan motivasi, the power of dream :)
untuk sesaat buku ini mampu menyulutkan api semangat dalam jiwa saya
but... itu gag lama...
masalah yg lama dan lalu muncul lagi yaitu malesss....

aku bingung mengusir 1 makhluk ini
hadeeehhhhh
haishhh
kutuliskan di kamarku
HAI PEMALAS, PERGILAH LIHATLAH SI SEMUT!!!
JANGAN MAU KALAH DGN SI MUNGIL ITU!!!



tapi belum berpengaruh
tapi saat ini
ingin aku buat perjanjian dengan diriku sendri
aku harus mampu mengalahkan semua kemalasan itu dan berlari pada targetku
aku tau dalm gelanggang aku tak berlari seorang diri

tapi ada tertulis bahwa berlarilah sekuat tenagamu
karena hanya akan ada 1 orang yang memakai mahkota itu
kita LEBIH DARI PEMENANG
amien


Thanks JESUS
semoga langkahku mencapai target diberkati
amien

LAPORAN PRAKTIKUM EKOSISTEM PESISIR STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI HUTAN MANGGROVE BUATAN


I.                  PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang beragam dan  terdiri dari berbagai komponen yang menyusunnya. Ekosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang dinamis, memiliki kekayaan habitat, dan saling berinteraksi antara habitat tersebut. Hutan mangrove merupakan satu dari jenis ekosistem pesisir.
Ekosistem mangrove memiliki manfaat yang sangat beragam dan penting bagi lingkungan ekologi dan  bagi masyarakat pesisir. Manggrove berguna sebagai tempat hidup  bagi ikan dalam masa pembesaran “nursery ground” , juga memiliki peran penting dalam mencegah intrusi air laut (Hendrasarie, 2001).  Hutan mangrove mampu mendukung kehidupan warga pesisir seperti menyediakan bahan baku kayu untuk perumahan, memberikan penghasilan melalui pengolahan kayu mangrove seperti pembuatan arang.
Mengingat pentingnya keberadaan ekosistem mangrove, maka perlu dilakukan upaya monitoring dan pemantauan agar senantiasa dalam kondisi yang baik. Salah  satu upaya monitoring kualitas lingkungan ekosistem mangrove dapat dilakukan dengan monitoring kualitas air di lingkungan hutan mangrove. Kualitas air terdiri dari aspek fisika, kimia, dan biologi. Pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan secara biologi yaitu dengan mengetahui kepadatan dan kelimpahan plankton. Pendekatan secara biologi dianggap paling mampu memberi gambaran kondisi lingkungan.

1.2. Tujuan
Praktikum struktur komunitas plankton di hutan manggrove bertujuan untuk  mengetahui keragaman dan kelimpahan jenis plankton yang ada pada ekosistem hutan mangrove buatan.


II.               TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Hutan Mangrove
Mangrove dapat didefinisikan secara luas sebagai tipe vegetasi yang terdapat di lingkungan laut dan perairan payau. Secara umum dibatasi zona pasang-surut, mulai dari batas air surut terendah hingga pasang tertinggi (Giesen et al, 2006 dalam Taqwa, 2010). Struktur vegetasi hutan mangrove meliputi pohon dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aigiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke dalam delapan famili (Bengen, 2004 dalam Taqwa, 2010). Komunitas mangrove hidup di daerah pantai terlindung di daerah tropis dan subtropis. Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup di antara 35ºLU-35ºLS, terbanyak di kawasan Asia Tenggara (McGill, 1958 dalam Supriharyono, 2007).
Jenis mangrove yang berbeda tidak tersebar secara acak, tetapi seringkali terpisah dalam zona-zona monospesifik. Zonasi jenis mangrove dapat dilakukan dengan pertimbangan yang berbeda. Pada pasang surut yang mendominasi pantai, seringkali terjadi zonasi jenis yang jelas secara vertikal (Hogart, 2007 dalam Taqwa, 2010). Salah satu  tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia, daerah  yang paling dekat dengan laut sering ditumbuhi Avicennia dan Sonneratia (biasa tumbuh pada lumpur tebal yang kaya bahan organik); lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp, juga dijumpai Bruguiera dan Xylocarpus; zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp (Bengen, 2004 dalam Taqwa, 2010).
 Penyebaran vegetasi mangrove ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, diantaranya adalah salinitas. Zona air payau hingga air laut dengan salinitas berkisar 10 – 30‰; area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan, hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh.
Kenyataannya, zonasi jenis mangrove tidak sesederhana ini. Avicennia sering mempunyai sebaran bimodal, berlimpah di daerah yang paling dekat dengan laut dan kadang-kadang juga berlimpah di daerah atas pantai (upshore). Zonasi vertikal jenis mangrove dapat berulang di tepi-tepi teluk dan sungai-sungai pasang surut, sehinga menghasilkan pola dua dimensi yang kompleks. Pada skala yang sedikit lebih luas, zonasi reguler jenis juga bisa terjadi berdasarkan jarak dari sungai, berinteraksi dengan zonasi vertikal berdasarkan tingkat pasang (Hogart, 2007 dalam Taqwa, 2010).
2.2.             Hutan Manggrove Tritih Cilacap
Hutan Manggrove, merupakan  wisata payau yang berada di desa Karang Talun kecamatan Tritih Kulon kabupaten Cilacap. Hutan payau didirikan pada tahun 1978 dan baru dijadikan hutan kota berdasarkan keputusan Bupati Cilacap pada tanggal 2 Maret 2009, dengan luas 10 hektar. Lokasi hutan langsung berbatasan dengan area pesawahan warga dan hanya dibatasi oleh pematang saja.
Mangrove yang berada di lokasi ini, mendapat suplai air payau dari sungai Lester yang langsung terhubung dengan laut. Hasil monitoring dan peninjauan menunjukkan bahwa kondisi mangrove di tempat tersebut cukup bagus. Berdasarkan papan informasi yang telah dipasang oleh Perum Perhutani KPH Banyumas Barat dan DISHUTBUN kabupaten Cilacap, di lokasi ini terdapat 15000 pohon mangrove yang terdiri dari Tancang (Bruguiera gymnorrhiza), Api-api (Avicennia sp), Bakau Bandul (Rhizophora mucronata) dan Bakau Kacangan (Rhizophora apiculata).
Sementara itu, di hutan payau ini juga terdapat mangrove asosiasi seperti Jeruju (Acanthus ilicifolius), Waru dan Ketapang (Terminalia catappa). Sebagian besar mangrove tersebut merupakan hasil penanaman yang dilakukan sejak tahun 1978.  Ekosistem mangrove di sini dihuni oleh banyak sekali biota mangrove, yang bisa teramati secara kasat mata, seperti ikan Gelodok, Uca, Udang Pistol, Tanggal, burung, berbagai jenis ikan dan lain-lain. Mereka terlihat sedang beraktivitas mencari makan di area mangrove (Kesemat, 2011).
2.3.            Plankton
Plankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya gerak, kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken, 1992 dalam Yazwar,  2008).  Plankton terbagi dua jenis yakni plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewan (zooplankton) (Newel & Newel 1977 dalam Yazwar, 2008).
Plankton pada ekosistem perairan mempunyai peranan penting, yaitu sebagai produsen primer dan konsumen primer. Plankton terdiri dari  fitoplankton dan zooplankton, biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti aliran air. Fitoplankton merupakan produsen primer, sedangkan zooplanton sebagai konsumen primer, yaitu pemakan fitoplankton. Zooplankton yang berada di dalam perairan banyak ditemukan pada kecepatan arus yang rendah dan kekeruhan air yang kecil  (Barus, 2002).
Kehadiran plankton di suatu ekosistem perairan sangat penting, karena fungsinya sebagai produsen primer atau karena kemampuannya dalam mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis (Heddy & Kurniati, 1996 dalam Yazwar, 2008).
Keragaman adalah salah satu sifat komunitas yang memperlihatkan jumlah spesies organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1971).  Keanekaragaman plankton yang tinggi mendukung tingkat tropik diatasnya, yaitu hewan karang dan ikan-ikan demersal. Kelimpahan dan distribusi zooplankton demersal dikontrol oleh planktivores, khususnya ikan (Cahoon, 1992). 



III.           MATERI DAN METODE
3.1.            Materi
3.1.1.      Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum struktus komunitas plankton ini adalah plankton-net no. 25, ember 10 liter,  botol film, dan  mikroskop binokuler.
3.1.2.      Bahan
Bahan yang  digunakan dalam praktikum struktus komunitas plankton ini adalah  larutan formalin 4 %,  isolasi,  label,  dan alat tulis.
3.2.            Metode
3.2.1.      Prosedur Kerja
 Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara  menyaring air sebanyak 100 liter dengan plankton-net  no. 25. Sampel yang diperoleh dimasukan ke dalam botol film kemudian ditetesi larutan formalin untuk mengawetkan plankton. Identifikasi dan perhitungan jenis plankton dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop binokuler dan buku identifikasi.
Rumus perhitungannya :
·         Indeks Keragaman Shanon-Wienner:
Keterangan:
H = Indeks Keragaman Shanon-Wienner
ni = jumlah individu pada genus ke-i
N = jumlah semua individu pada semua genus
·         Kelimpahan plankton
Jumlah Plankton per-liter = 

dimana,

Keterangan :
N = jumlah plankton rataan pada setiap preparat
 = luas gelas penutup 18x18 (324 )
 =luas lapang pandang (1, 11279)
 = volume air di dalam botol penampung (30 ml)
 = volume air dibawah gelas penutup (1 tetes = 0,05 ml)
P = jumlah lapang pandang yang diamati
W = volume air yang disaring (liter).
3.3.            Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 November 2011 di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap, Jawa Tengah.
3.4.            Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan histogram atau diagram balok.

IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.                        Hasil

Tabel 1.  Jenis Plankton di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap
Plankton
Jumlah
Kelimpahan (ind/L)
Keragaman
Oscillatoria sp.
65
350
1, 99
Nitzschia sp.
14
75
Navicula
29
156
Spirulina
2
11
Lingbya
2
11
Gyrosigma
17
92
Schroederia
2
11
Clcoterilm
1
5
Pleurosygma
1
5
Synedra
1
5
Anabaena
3
16
Grammathophora angulosa
1
5
Rhumlites
1
5
Nauplius
1
5
Tabellaria
1
5
Jumlah
141
757







Tabel 2. Parameter Fisika-Kimia Kualitas Air di Hutan Manggrove Buatan Tritih
No
Parameter
Hasil
Fisika

1
Suhu Air
320C

2
Salinitas Air
170/00

Kimia

3
pH
7

4
DO
3,8 mg/L

5
COD
3,4 mg/L


1.1.            Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang disajikan dalam tabel 1, diketahui bahwa indeks keragaman plankton sebesar 1,99. Plankton yang ditemukan di hutan mangrove buatan Tritih terdiri dari 15 jenis yaitu Oscillatoria sp., Nitzschia sp., Navicula, Spirulina, Lingbya, Gyrosigma, Schroederia, Clcoterilm, Pleurosygma, Synedra, Anabaena, Grammathophora angulosa, Rhumlites, Nauplius, dan Tabellaria. Beberapa jenis yang ditemukan seperti Oscillatoria sp., Lingbya, Spirulina,  dan Anabaena termasuk dalam ganggang hijau-biru (Cyanophyta/Cyanobacteria).
Cyanobacteria bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobacteria tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan (Naibaho, 2011).
Kondisi perairan muara mempengaruhi jumlah spesies yang mendiaminya. Menurut Barnes (1974) dalam  Rahman (2008), jumlah spesies pada umunya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air laut di dekatnya. Hal ini karena ketidakmampuan oranisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organism air laut mentolerir penurunan salinitas estuary.
Keragaman plankton yang kecil ini juga berkaitan dengan nilai pH di suatu perairan. Pengukuran nilai pH di hutan mangrove buatan Tritih menunjukan hasil 7.  Menurut Novotny dan Olem (1994) dalam  Effendi (2003) perubahan nilai pH dengan kisaran 6,0 – 7,0 berpengaruh terhadap sedikit menurunnya keanekaragaman plankton dan bentos. Sedangkan kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.
Menurut Lee et al (1978), apabila indeks keragaman >2 maka perairan tersebut dikatakan tidak tercemar atau tercemar sangat ringan, bila indeks 2,0-1,6 maka perairan tersebut dikatakan tercemar ringan, apabila indeks keragaman 1,5-1,0 maka perairan tersebut dikatakan tercemar sedang, dan apabila indeks keragaman <1 maka perairan tersebut dikatakan tercemar berat. Berdasarkan tabel 1, keragaman plankton di Hutan Manggrove Tritih, Cilacap yaitu 1,99 yang berarti dalam kondisi tercemar ringan. Dalam kondisi ini produktivitas primer perairan belum mengalami gangguan, sehingga rantai makanan dalam ekosistem hutan manggrove dapat berlangsung.  Nilai keragaman plankton kurang dari dua artinya kondisi perairan tersebut termasuk kategori miskin atau kurang (Bismark dan Sawitri, 2010).

Gambar 1. Jumlah Individu Plankton Per-Genera.
Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa plankton jenis Oscilatoria sp. merupakan plankton yang banyak ditemukan di hutan mangrove buatan Tritih sebanyak 65 individu. Navicula merupakan plankton terbanyak kedua dengan jumlah 29. Sedangkan Clcoterilm, Pleurosygma, Sinedra, Grammatophora angulosa, Rhumlites, Nauplius, dan Tabellaria merupakan plankton dengan jumlah paling sedikit yaitu hanya 1 individu.  Keberadaan plankton jenis Oscillatoria sp. mendominasi perairan hutan mangrove buatan Tritih. Oscillatoria sp. merupakan salah satu fitoplankton sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan fitoplankton mendominasi keberadaan plankton di lingkungan tersebut.
Gambar 2. Kelimpahan plankton yang ada di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap.
Berdasarkan gambar 2, diketahui bahwa kelimpahan tertinggi adalah plankton Oscillatoria sp. yaitu sebanyak 350 ind/L. Terbanyak kedua adalah Navicula 156 ind/L.  Keberadaan Oscillatoria sp.  yang cukup banyak di perairan payau  tidak terlepas dari habitat Oscillatoria sp.  yang merupakan cyanophyta (cyanobacteria).
 Cyanobacteria ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera ke air tawar ke batu sampai tanah. Kebanyakan ditemukan di air tawar, sedangkan lainya di lautan, tanah yang lembab atau bahkan melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons, dan menyediakan energy bagi inang (Naibaho, 2011).



II.               KESIMPULAN DAN SARAN
2.1.             Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Ada 15 jenis plankton yang ditemukan di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap yang terdiri dari Oscillatoria sp., Nitzschia sp., Navicula, Spirulina, Lingbya, Gyrosigma, Schroederia, Clcoterilm, Pleurosygma, Synedra, Anabaena, Grammathophora angulosa, Rhumlites, Nauplius, dan Tabellaria.
2.      Indeks keanekaragaman plankton di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap yaitu 1,99.
3.      Kelimpahan  plankton tertinggi di Hutan Manggrove Buatan Tritih, Cilacap yaitu  Oscillatoria sp. sebanyak 350 ind/L.
5.2.  Saran
            Keberadaan hutan mangrove yang memiliki peran penting dalam ekosistem pesisir perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Agar dalam pengelolaannya tidak melupakan aspek-aspek ekologi yang dimiliki hutan mangrove.


DAFTAR PUSTAKA
Barus, T.A., 2002. Pengantar Limnologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Bismark, M. dan Sawitri, Reni. 2010. Kualitas Air, Kelimpahan dan Keragaman Plankton pada Ekosistem Mangrove di Pulau Siberut, Sumatera. Info Hutan Vol. VII No. 1 : 77-87, 2010.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Hendrasarie, Novirina. 2001. Struktur Komunitas Bentos di Kawasan Manggrove Pantai Situbondo.  Jurnal Aksial, Majalah Teknik Sipil Vo. 3 No. 3 Desember 2001 : 130-135.
Kesemat, 2011. Reportase Kondisi Mangrove di Karang Talun, Tritih Kulon, Cilacap. http://kesemat.blogspot.com/2011/08/reportase-kondisi-mangrove-di-karang.html. diakses tanggal 5 Desember 2011.
 Naibaho, Poberson. 2011.  Cyanophyta-Ganggang Hijau-Biru. http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/05/19/cyanophyta-ganggang-hijau-biru/ diakses tanggal 5 Desember 2011.
Rahman, Abdur. 2008. Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Perairan Muara Sungai Kelayan.  Al’Ulum Vol. 36 No. 2 April 2008: 1-6.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Taqwa, Amrullah. 2010. “Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Struktur Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Manggrove di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.
Yazwar. 2008. “ Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba”,Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


Lampiran
Data Pengamatan Plankton
Plankton
Ulangan
Jumlah
1
2
3
Oscillatoria sp.
14
15
36
65
Nitzschia sp.
14
-
-
14
Navicula
15
2
12
29
Spirulina
2
-
-
2
Lingbya
1
-
1
2
Gyrosigma
2
12
3
17
Schroederia
2
-
-
2
Clcoterilm
1
-
-
1
Pleurosygma
1
-
-
1
Synedra
1
-
-
1
Anabaena
2
-
1
3
Grammathophora angulosa
-
1
-
1
Rhumlites
-
1
-
1
Nauplius
-
-
1
1
Tabellaria
-
-
1
1



Jumlah
141
Kelimpahan Plankton per-Liter
1.      Oscillatoria sp.            = 65 x 16,175 : 3         = 350,45          = 350
2.      Nitzschia sp.                = 14 x 16,175 : 3         = 75,48            = 75
3.      Navicula                      = 29 x 16,175 : 3         = 156,35          = 156
4.      Spirulina                      = 2 x 16,175 : 3           = 10,78            = 11
5.      Lingbya                       = 2  x 16,175 : 3          = 10,78            =11
6.      Gyrosigma                   = 17  x 16,175 : 3        = 91,65            =92
7.      Schroederia                 = 2  x 16,175 : 3          = 10,78            =11
8.      Cloterilm                     = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
9.      Pleurosygma                = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
10.  Synedra                       = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
11.  Anabaena                    = 3 x 16,175 : 3           = 16,175          = 16
12.  Grammathophora        = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
13.  Rhumlites                    = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
14.  Nauplyus                     = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
15.  Tabelaria                      = 1 x 16,175 : 3           = 5,39              = 5
∑                                                                                                   = 757 indv/liter

images (1).jpg                                         Navicula sp1.jpg
Gambar 1. Oscillatoria sp.                                                     Gambar 2. Navicula sp.